http://ferizalramli.wordpress.com/Pertarungan Standard Software SAP lawan Oracle tampaknya akan menjadi pertarungan abadi waktu lama. Ini seperti pertarungan Airbus versus Boeing atau Euro versus US Dollar. Sejarah nanti akan mencatat siapakah sebenarnya akan menjadi jawara sejati dalam perseteruan di tanah perdikan standard software ini. Hanya yang menarik untuk dicatat adalah, kedua jawara ini menggunakan strategi pertarungannya amat sangat berbeda. Jurus-2 yang dikeluarkan oleh SAP bertolakbelakang dengan yang digunakan oleh Oracle.
—Ini coretan iseng berseri. Untuk seri-1-nya silahkan klik:
http://ferizalramli.wordpress.com/2009/01/10/pertarungan-gigant-sap-oracle-benturan-antara-aji-pamungkas-inovasi-versus-racun-pamungkas-akusisi/SAP mengandalkan kekuatan ginkang-nya untuk membuat magic yang akhirnya dikenal dengan NetWeaver. Layaknya konsep sihir, NetWeaver telah berhasil menyihir lawan-2nya dan juga para stakeholder akan pesona integrasi dari platform teknologi. Tapi apa sih sebenarnya NetWeaver itu?
NetWeaver itu adalah konsep visioner SAP yang tujuannya mengintegrasikan seluruh aspek yang terkait dalam IT, yaitu: manusia, informasi, proses dan aplikasi teknolgi ke dalam sebuah platform. Diharapkan dengan NetWaever maka inovasi SAP tidak akan terhenti.
Filosofis kerja dari platform NetWeaver itu begini: Jika SAP mengembangkan aplikasi baru untuk memenuhi dinamika bisnis maka aplikasi tsb akan dibangun di atas basis platform NetWeaver. Terus, setiap ada inovasi penemuan baru semua itu kembali dibangun di atas platform NetWeaver. Jadi, NetWeaver itu ibarat sebuah orkestra yang mensinerjikan keempat aspek IT diatas dan merupakan hasil inovasi terus-menerus sehingga menghasilkan tools komplit terintegrasi untuk menyelesaikan semua persoalan IT yang berhubungan dengan bisnis.
Granted! Excellent! Dari definisi-nya saja NetWeaver itu ibarat magic yang menyihir kita semua. Bayangkan jika seorang konsultan IT presentasi di depan para customer-nya tentang NetWeaver dengan bahasa "ndaki-ndaki" seperti itu, apa ndak tersihir itu para customer?
Tapi sebelum kita membahas secara detail apa itu NetWeaver, saya harap anda semua tidak perlu ragu akan kedahsyatan dari konsep ini. Kharisma dari NetWeaver membuat para pesaing SAP juga tidak mau kalah untuk mencontohnya. Tercatat IBM mengembangkan platform IBM WebSphere dan Microsoft mengembangkan platform Microsoft .Net untuk mengimbangi NetWeaver.
Jadi. meskipun desain metode diantara mereka (NetWeaver, WebSphere dan .Net) berbeda sesuai karakteristik keunggulan masing-2 software provider tetapi filosofisnya sama. Mereka ingin membangun platform IT ter-integrasi untuk berbagai aplikasi.
Hanya tampaknya teknik magic SAP ini "tidak" diikuti oleh lawannya Oracle. Untuk melawan magic SAP, Oracle menggunakan jurus lamanya yaitu aji pamungkas racun akusisi. Setelah berhasil mengakusisi secara spektakuler JD Edward, Siebel dan Peoplesoft, kembali Oracle juga mengakusisi SUN Microsystem. Ini berarti Oracle berhasil mengkombinasikan kekuatannya menjadi satu. Oracle kuat di database. JD Edward di Financial Application. Siebel di Logistics application. Peoplesoft di Human Resources Application. Plus SUN di operation system.
Sihir Inovasi versus Racun Akusisi
Sebenarnya dalam Kitab Persilatan yang tertulis dalam Serat "Corporate Strategy", ada 2 strategi terkenal untuk memenangkan kompetisi yaitu ekspansi internal dan ekspansi eksternal.
Contoh gampangnya ekspansi internal itu adalah dengan mengembangkan produk baru yang lebih inovatif, bisa juga dengan perluasan pasar baru. Pengembangan produk baru dan perluasan pasar ini didasarkan pada kemampuan internal perusahaan. Jadi, seluruh SDM perusahaan, hasil riset, penemuan, pembuatan networking baru semuanya harus dilakukan secara parallel sehingga perusahaan bisa melakukan ekspansi internal.
Pembuatan platform teknologi visioner NetWeaver dari SAP adalah contoh dari pengembangan produk baru dalam perspektif strategi ekspansi internal. Kelemahan dari strategi ini adalah progress-nya relative lambat tapi keunggulannya adalah terbangun sebuah sistem bisnis yang solid.
Sementara ekspansi eksternal dilakukan dengan cara mengakusisi competitor-nya atau bisa juga mengakusisi supplier (upstream) atau distributor-nya (downstream) yang nota bene adalah partner bisnisnya. Tujuannya sama dengan ekspansi internal, yaitu bisa menghasilkan produk berkualitas dan menguasai pasar yang selama ini dikuasai oleh perusahaan yang diakusisi. Ekspansi eksternal itu relatif mudah. Asal punya uang maka beli saja competitor, supplier (upstream) atau distributor (downstream) yang dibutuhkan.
Contoh kasus Oracle:
Oracle mengakusisi JD Edward, Siebel dan Peoplesoft berarti mengakusisi kompetitornya yang diharapkan secara otomatis customer ketiga ERP tersebut menjadi customer Oracle. Ini berarti Oracle bertujuan ingin mengembangkan pangsa pasarnya.
Oracle mengakusisi SUN (upstream-nya) tampaknya ingin mengintegrasikan antara aplikasi database Oracle dengan system operasi SUN. Ini berarti Oracle bertujuan ingin meningkatkan performa dari product-nya.
Keunggulan dari strategi ekspansi eksternal ini adalah asal punya uang maka mudah dilakukan. Tinggal beli saja (baca: akusisi) perusahaan yang menguntungkan untuk diakusisi. Gampangkan?
Hanya tentu saja ini mengandung kelemahan. Ternyata menyatukan dua atau lebih perusahaan yang punya budaya dan tradisi berbeda itu tidak semudah menempelnya "lalat dengan borok", yang keduanya diciptakan untuk saling mencintai. Dalam akusisi tidak jarang yang terjadi malah kesemerawutan organisasi perusahaan yang malah menyebabkan kemunduran.
Yang perlu di-stabilo adalah tidak ada perusahaan yang semata-mata menggunakan strategi ekspansi internal saja atau strategi ekspansi eksternal saja. Umumnya perusahaan menggunakan kombinasi keduanya. Hanya persoalan pada proporsinya saja. Ada yang lebih menitikberatkan pada ekspansi internal dan ada juga yang sebaliknya.
—Kita lanjutkan kapan-2 tentang anatomi SAP NetWeaver lebih detail lagi—
Fortsetzung folgt alias to be continued alias bersambung…
(Tulisan ini terinspirasi cerita Silat Pedang Nagasasra dan Sabukinten karya SH Mintaredja)
Dari awal Musim Gugur di Tepian Lembah Sungai Isar
Ferizal Ramli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar