Minggu, 16 Januari 2011

Al Gore was right : Krisis Pangan 2011 Akut (Andreas Maryoto)

Lingkungan, iklim, harga dan supply bahan pokok serta akibatnya kepada manusia. Ini tulisan tidak hanya mengenai orang Indonesia melainkan untuk penduduk Bumi. Copy dari kompas, saya pribadi merasa artikel ini penting untuk dibaca.

> Krisis Pangan 2011 Akut
(Andreas Maryoto)
----------
Negara-negara di dunia mulai memburu komoditas pangan. Kerusuhan akibat pangan mulai terjadi. Harga berbagai komoditas pangan telah naik. Inflasi mendera berbagai negara. Krisis pangan kali ini akan lebih parah dibandingkan dengan 2008. Berbagai upaya tengah dilakukan sejumlah negara untuk mengurangi dampak krisis pangan. Konsep keamanan global perlu diredefinisi.
Presiden Earth Policy Institute Lester R Brown langsung memberi judul The Great Food Crisis of 2011 dalam tulisannya yang dipublikasikan di dalam Foreign Policy. Brown dan lembaganya merupakan otoritas yang dipercaya dunia dalam memprediksi krisis pangan sejak bertahun-tahun yang lalu. Sudah barang tentu tulisan Brown yang dipublikasikan pekan pertama Januari langsung menjadi perhatian.
Data-data yang diungkapkan Brown menyentak. Mengawali tahun baru, harga gandum tetap tinggi di Inggris. Kerusuhan akibat harga pangan yang melonjak terjadi di Aljazair. Rusia mengimpor komoditas biji-bijian untuk menjaga pasokan pangan bagi sapi hingga musim semi mulai. India masih sibuk dengan inflasi yang mencapai 18 persen.
Masalah lainnya, China tengah memburu gandum dan jagung di pasar dunia. Harga pangan di China terus naik. Meksiko juga memburu jagung untuk mencegah kenaikan harga tortilla, makanan pokoknya. Puncaknya, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau FAO membunyikan lonceng krisis pangan, menyusul lonjakan indeks harga pangan pada Desember tahun lalu. Indeks harga pangan dunia tahun lalu pada November mencapai 206 dan pada Desember menjadi 215, merupakan angka tertinggi selama ini.
Dalam laporannya FAO menyebutkan beberapa negara dilaporkan akan terkena krisis pangan yang berat, seperti Indonesia, China, dan India. Harga pangan di Indonesia mengalami lonjakan dari sekitar Rp 6.000 menjadi di atas Rp 8.000 sejak akhir 2010. Harga pangan di China dilaporkan mengalami kenaikan 11,7 persen pada November lalu. India juga masih bergulat dengan harga pangan karena inflasi yang tinggi seperti disebut di atas.
Tiga negara itu memang sudah membuat langkah. Indonesia telah membuat operasi pasar untuk menekan harga beras di pasar dalam negeri. Indonesia juga akan mengimpor 1,3 juta ton beras pada tahun 2011. Saat ini sudah masuk sekitar 500.000 ton. China tengah mencari akses impor berbagai jenis komoditas pangan. India meneruskan larangan ekspor beras dan gandum. India juga membuat berbagai kebijakan fiskal untuk mengerem kenaikan harga pangan, seperti pembebasan pajak beberapa komoditas impor.
Brown mengatakan, krisis pangan kali ini bukan fenomena temporer. Dunia tidak bisa berharap krisis pangan kali ini akan cepat selesai. Dalam waktu dekat dunia bukan lagi disibukkan oleh perang antarnegara, tetapi mereka harus mengurus instabilitas politik akibat kekurangan pangan dan harga pangan yang mahal. Perubahan akan terjadi kalau dunia mengalihkan dana pembelian senjata untuk investasi mitigasi perubahan iklim, efisiensi konsumsi air, konservasi tanah, dan stabilisasi populasi. Dalam konteks ini Brown mengusulkan redefinisi soal konsep keamanan dunia.
» cumibesar.blogspot.com «

Tidak ada komentar: